Senin, 14 April 2008

edisi 4

Rumah Ilalang

Setiap kukatupkan mata di rahimmu
Fosfor di puripurimu
Senantiasa membangkitkan igauan
Dalam kerlip dan dalam gumpalan warna
Sayatan rindu percintaan kebencian
Dari pusar bumi
Dan dalam desis angin
Memanjang gairah luka
Di langitlangitmu tak bertepi
Tak hentihenti kusebut namamu

Kemana katupan mata terbuka
Menyaksikan jemarimu gemetar
Membuka fajar senja

Banjarbaru, 2000


Saat Senja Pun Jatuh

Jangan kau rangkai bungabunga
Yang kau petik dari taman mimpi
Tapi rangkailah tubuhku
Yang kau ambil dari tulang rusukmu

Tak ada lagi
Rahasia yang menyimpan kesangsian
Maka tatkala gemawan turun lihatlah
Kita tak pernah lagi memiliki malam
Yang luput dari tangan

Lihatlah kerinduan yang kau hamili
Setiap kita menutup jendela
Setiap kita mengatupkan mata
Memandang jauh
Kesetiaan mentari ke kutub sana

Banjarbaru, 2000


Ekstase Seorang Pejalan Jauh

Pintalan benang sepanjang kutub
Kau tabur di kakikaki langit
Begitu spektrum di jarijari
Meneteskan narasi beribu kata
tamasya matahari menisik kulit bumi
berwarna jelaga oleh keringat belantara
oleh jilatan lidah beribu burung malam
Masuklah katamu sesampainya di pintu
Ke dalam bilik kaca dimana kita pernah
ziarah setiap pandang mata
Masuklah ke dalam ranjang purba dimana kita
pernah bercinta dan lenyap begitu terjaga
lalu dibakar sunyi
lalu abadi keluhan rindu dendam di sini
Masuklah ke dalam pejaman mata :
Begitu takjub mendengar kokok ayam jantan
mematuki sisasisa malam di kelopak rerumputan
Bulubulu mosaikkukah itu
Kau tersenyum membuka pintu


Banjarbaru, 2000

Tidak ada komentar: