Pada Suatu Stanza
Jangan ratapi kematian
Kau tak akan pernah mengenal airmata
Apakah ada cinta yang abadi
Jika ada yang hilang pada dirimu
Dan ratapan segenap putusnya ikatan
Ia adalah dusta cintamu
Dusta di balik gulita dalam terang
Yang tak habis membaca rahasia kehidupan
Tapi kuratapi hanya kau kekasih
Yang ingat belasungkawa dalam diam
Dan tak pernah rintih dalam kerinduan
S’tiap kuusik tidurku dalam diri
Kau berkata : Jauhkan cinta pada ajalku
Ia adalah altokumulus kehidupan
Yang tak lepas meracuni setiap orang
Maka aku berpihak kepadamu
Aku berpihak kepadamu kekasih
Mataku selalu jaga kala tidur
Aku berkata : Ekstase jiwa
pengungkap segala dusta semesta
Di mana sukma pikiran
Lahir tanpa ibubapa
Aku dalam renung
Yang berpihak kepadamu
Banjarbaru,2004
Mati
Tidur sebelum kau tidur
Bangun sebelum kau bangun
Ada kematian tak terduga
Dan jisim
Adalah perahu kertas di laut lepas
Kosongkan segenap jiwa
Adakah kekekalan sebuah cinta ?
Mati adalah anugerah
Alangkah malangnya ada kematian
Tanpa sebab
Dan alangkah malangnya lagi
Orang membunuh dirinya sendiri
Illahi
Beri aku anugerah
Atas panggilan ridhomu
Banjarbaru, 2004
Perempuan Itu Bernama Pertiwi
Menyaksikan sebuah kota bermandikan embun
Wajah perempuan itu jadi ranum
Seorang perempuan yang selalu setia
Menuliskan sejarah di sepanjang trotoar
dan jalan yang setiap waktu dilintasi
oleh peradaban manusia
Dia adalah seorang perempuan tua perkasa
Yang merawat kota ini dengan segenap napasnya
dengan kedua tangannya teramat asih
orangorang tahu dia lah yang melahirkan
Adipura yang dipersembahkannya buat kotanya
Perempuan tua itu bernama Pertiwi
Pada sebuah taman di jantung kota ini
Bungabunga cinta selalu bersemi
Yang mekar di setiap lubuk hati warga kota
Sebab Kartini tak pernah mati
Dan selalu lahir kembali
Hari ini perempuanperempuan warga kota
Menatah panjipanji dimensi emansipasi
Terdengar merdu di sepanjang trotoar dan jalan
Perempuan itu bersyair tentang sang surya
Membuka tabir gulita dunia
Banjarbaru, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar