Senin, 14 April 2008

edisi 11

Ekstase Ulang Tahun

Ombakombak kecil pecah di bibir piala
Matamu menjadi setangkai anggur
Menjadi pecahan kembang api
Saat kita dengar dentang lonceng

Kita jatuhkan dendamrindu
Kita jatuhkan di lantai satupersatu
Saat kita nyalakan lilinlimaempat
Saat kita tanggalkan satupersatu pakaian
di muka cermin dan bertatapan
Memetik hatinurani sebiji anggur
lalu dirangkai menjadi kalender
Lalu digantung pada usia purba

Kita gantung segala mimpi
Persis seperti dalam perjanjian
sewaktu masih segumpal darah

Banjarbaru, 2003/2004


Ode Peziarah

Sesampainya di ujung
Diamdiam kau beri aku simpang
Sebab aku pesangsi harihari perjanjian
Barangkali ada yang hilang antara kita
Sebab status telah berganti rupa

Masih juga belum usai percakapan diam
Langit menabur dupa kekosongan jiwa
Alangkah pejamnya mataku
Menatap pisau waktu

Kau gaibkan wajahku di batubatu
karena tak aduh berkalikali sayatan rindu
Beraliralir dendam dalam bahasa kalbu
Maka kupanasi segenap jalan
Kupanasi tanganku gemetar
menangkap zikir yang melayang
jatuh di tapaktapak kakimu

Banjarbaru, 2003


Sebelum Usai Hujan

Nyalakan lagikah lampu yang padam
Di luar seperti ada ketukan
Tak hentihenti dilenguh angin
Kita tak jua sempat menyiapkan
sahutan

Hujan meneteskan ekstase pisau
di daun pintu pada setiap ketukan
Kitalah pejalan zikir yang terluka
Tanah ditumbuhi ejaan ayatayat

Kau ketuk setiap kali ada sayatan
serupa wewangian ruh melayang
dari lobanglobang kunci
Ratapan pepohonan basah mengekalkan
bayangan diam

Kau biarkankah lampu yang padam
Gerimis di kaca jendela masih juga
mengutakatik gelisah pandang mata
dan jamdinding telah memasang
perangkap dusta


Banjarbaru, 2003

Tidak ada komentar: