Senin, 14 April 2008

edisi 17

Violces Norsiotah

Aku sudah berupaya juga membujuk tidurku
semalammalaman membiarkan angin
meluruhkan cahaya lampu
ke balik malam yang tak berbulan
Tahutahu kenapa kembang violces
di jambanganku semerbak di pembaringanku
Tidak sempat aku membuka pintu :
“Aku datang bersuluh bintang”

Esoknya aku teringat violcesku
Aku termangu
Ia sudah tiada berkelopak lagi

Kualalumpur,2004


Sebuah Kata Yang Pecah

Kueja setiap ziarah ayatbatumu
Requiem isak bumi
Bumi yang menapaskan ruh
pada namamu
Kubangun kecemasan
Karena kehilangan alifmu
di setiap pintu rumahmu
di setiap aku menyeru
Aku rebah di bumi
Rebah menciumi tapakdemitapak kakimu
Menciumi rahasia katademikata
yang kau tebarkan di sajadahmu
Aku rebah di sebuah kata
yang kau ayatkan pada napasku

Banjarbaru, 2005


Notasi Di Atas Kota

Traffic light tibatiba padam
Seperti hutan pinus dalam angin
Fijarnya tak sempat melahirkan ayatayat pada bibir
Di hobbies cafe orangorang tak ubahnya
ruh notasi meluruhkan bulubulu mata
Gelas juice yang berisi parfum dekadensi
mendesiskan serbukserbuk blues
yang tak mampu dibaca ribuan tuts di jariku
Di balik itu kau berkata : Carilah wajahmu dalam wajahku
Jam lebih cepat memburu diriku
di sepanjang trotoar yang basah oleh penyanyi sunyi
Basah oleh percakapan tak usaiusai

Orangorang masih juga hanyut dalam gelas kaca
dalam kepak malam seribu rupa
wajahmu terus juga menghitamkan deretan meja dan kursi
dalam jarijariku yang diam
Kota yang diam

Banjarbaru, 2005

Tidak ada komentar: