Sabtu, 20 November 2010



Narasi Musafir Gila
Penerbit :
Kelompok Studi Sastra Banjarbaru
Kalimantan Selatan

Senin, 14 April 2008

edisi 1

Narasi Ayat Batu

Kubelah ayatayat batumu di kulminasi bukit
Yang terhampar di sajadahku
Kujatuhkan di tebingtebing lautmu
Cuma gemuruh ombak dalam takbirku

Angin mana di gurungurunmu beribu kafilah
Dan beribu unta yang tersesat di tepitepi
hutanmu
Dan bersafsaf di oasis bumimu yang letih

Kuseru namamu tak hentihenti
Di ruasruas jari tanganku
Yang gemetar dan berdarah
Tumpahlah semesta langit
Di mata anak Adam yang sujud di kakimu

Banjarbaru, 2000


Narasi Pohon Senja

Kukalungkan lampulampu di ranjangmu
Lalu kujadikan pengantin
Lalu kunikahi daunmu kepompong birahi
dendam
Lahirlah kupukupuku
Betapa nikmat dalam dahaga
Menjelajah tubuhmu
Mencari rangkaian bunga
Jauh dalam lubuk jantungmu

Banjarbaru, 2000

Narasi Gairah Embun

Menjilati garisgaris permukaan tangan
Menggendong keranjang yang kita anyam
Setetesdemisetetes embun kita kumpulkan
Bertebaran dalam mazmurmazmur malam

Kita bersidekap dalam gumpalan warna angin
Membakar lipatandemilipatan tubuh fana
Mata mencari sesuatu yang pernah kita punya

Sebelum keburu surya bangkit dari mimpinya
Kunyah segala dedaunan dan akarakaran
Jadi serbuk hatinurani
Kucurkan ke piala kita tanpa sisa
Agar bebas dari perangkap dusta

Mulutmu wangi sarigading
Menyentuh gordengorden jendela
Tapi jangan kau buka
Sebentar lagi pagi beranjak tiba

Banjarbaru, 2000

edisi 2

Narasi Tanah Kelahiran

Dalam lindap lembayung senja
Kemana risalah burungburung putih
Tibatiba kau jatuhkan sebiji rambai
Seketika masasilamku terpanggang
di rerumpun bakau

Kau beri aku sampan
Riakdemiriak menyusuri uraturat nadi
Wajahmu sudah lain tapi begitu angkuh
Tumbuh rumahrumah batu

Orangorang tak pernah kukenal lagi
Dengan salam yang pernah kau ajarkan
Lihat ketika kau jatuhkan lagi sebiji
Tanganku kenapa begitu bodoh
memegang dayungmu

Banjarbaru, 2000


Narasi Burung

Kulepas burungburung
Ke awanawan serbuk masasilam
Sebab pepohonan yang kutanam
Menanggalkan dedaunan
Helaidemihelai namamu
Rebah ke bumi

Sepanjang khatulistiwa
Matahari berdarah
Menetes di bulubulunya
Yang putih
Maka jangan kau cari lagi
Siapa yang luka di antara kita

Jangan kau tanya lagi
Benih dalam rahimmu
Yang terbelah
Oleh bibirbibir kita sendiri
Dari peradaban yang hilang

Terbanglah membidik masadepan
Di hatinurani yang terbakar
Gumpalan rindudendam
Dan lepas dari ikatan

Banjarbaru, 2000


Kubaringkan Tubuhmu

Kubaringkan tubuhmu di sini
Sampai batas pertemuan kita
Tak usah kau hitung lagi
Harihari perjanjian dendam
Dari negeri jauh
Sebab berulangkali
Kubiarkan wajahmu cuma
Bayangbayang tak kumengerti
Melintasi setiap kutub
Dimana kita ingin membaca
Isyarat lengsernya senja
Maka jika kau cari
Gumam doadoaku
Jangan kau tanya lagi
Persinggahan ini

Banjarbaru,2000

edisi 3

Berangkat Pulang

Di atas batu langit kian kuning
Sungai di mana matamu mengaca
Ikanikan berenang di hatimu
Apakah mengukir jauh perjalanan
Ke kutub mana kita pulang

Entah berapa matahari
Telah lengser di sini
Dan entah berapa kali
Kau lahir kembali
Sepanjang tebing
Tak ubahnya bambubambu

Tak ubahnya fatamorgana
Kasidah burungburung senja
Melintasi persawangan
Memahami doadoaku yang panjang

Memahami keduakakiku
Di dusta dunia


Banjarbaru,2000


Zikir Senja

Tak terbaca lagi ayatayat
Yang Kau hamparkan sepanjang perjalanan
Menuju rumahMu
Tak mungkin kembali
Menangkap AlipLamMim dari pintu bumi
Kandang dombadomba yang lapar
Semakin jauh berjalan
Kucurigai langit
Menyembunyikan bintangbintangMu
BulanMu bahkan matahariMu
Kucurigai laut
Menyentuh kakiku
Buihbuih merajah pausMu yang kian punah
Jasadku untaunta
Rohku kafilahkafilah
Di gurungurun bukit Thursina
Kucurigai rumahMu lengang
Kucurigai mengapa Kau tunggu aku
Di Jabal Rahmah
Aku
Anak Adam
Yang tersesat di sajadahMu


Banjarbaru, 2000


Kau Tulis Surat

Kau tulis surat
Tapi masih juga kau tanya
Alamatku : Persinggahan
Burungburung laut
Memberi isyarat pantai mana
Gemuruh ombak di bathinku

Lama kubaca tubuhmu di pasir
Setiap ciuman ombak
Kupasang layar ke laut lepas
Kita samasama meniti buih
Sampai terperangkap
Di jaring matahari

Diamdiam masih juga
Kau tulis surat
Di karangkarang laut


Banjarbaru,2000

edisi 4

Rumah Ilalang

Setiap kukatupkan mata di rahimmu
Fosfor di puripurimu
Senantiasa membangkitkan igauan
Dalam kerlip dan dalam gumpalan warna
Sayatan rindu percintaan kebencian
Dari pusar bumi
Dan dalam desis angin
Memanjang gairah luka
Di langitlangitmu tak bertepi
Tak hentihenti kusebut namamu

Kemana katupan mata terbuka
Menyaksikan jemarimu gemetar
Membuka fajar senja

Banjarbaru, 2000


Saat Senja Pun Jatuh

Jangan kau rangkai bungabunga
Yang kau petik dari taman mimpi
Tapi rangkailah tubuhku
Yang kau ambil dari tulang rusukmu

Tak ada lagi
Rahasia yang menyimpan kesangsian
Maka tatkala gemawan turun lihatlah
Kita tak pernah lagi memiliki malam
Yang luput dari tangan

Lihatlah kerinduan yang kau hamili
Setiap kita menutup jendela
Setiap kita mengatupkan mata
Memandang jauh
Kesetiaan mentari ke kutub sana

Banjarbaru, 2000


Ekstase Seorang Pejalan Jauh

Pintalan benang sepanjang kutub
Kau tabur di kakikaki langit
Begitu spektrum di jarijari
Meneteskan narasi beribu kata
tamasya matahari menisik kulit bumi
berwarna jelaga oleh keringat belantara
oleh jilatan lidah beribu burung malam
Masuklah katamu sesampainya di pintu
Ke dalam bilik kaca dimana kita pernah
ziarah setiap pandang mata
Masuklah ke dalam ranjang purba dimana kita
pernah bercinta dan lenyap begitu terjaga
lalu dibakar sunyi
lalu abadi keluhan rindu dendam di sini
Masuklah ke dalam pejaman mata :
Begitu takjub mendengar kokok ayam jantan
mematuki sisasisa malam di kelopak rerumputan
Bulubulu mosaikkukah itu
Kau tersenyum membuka pintu


Banjarbaru, 2000

edisi 5

Syair

Syair siapa yang mengumandangkan sabda alam
Syair siapa yang mengisahkan perjalanan cinta
anakanak Adam
Syair siapa yang melukiskan petanipetani anggur
di tanahtanah padang terbuka
Syair siapa yang meratapi segala bencana
Syair siapa yang mengutuk orangorang yang celaka
Bahkan ya Rabbi
Syair siapa yang membuka segala rahasiaNya
dalam diri kita

Maka perkenankan ya Rabbi
Jangan Kau pisahkan kami
Sebelum sempat memunguti
Liriklirik yang tercecer
Halamandemihalaman yang kami baca

Banjarbaru,2000


Fragmentasi Kembang Ilalang

Duabelasribu kembang ilalang tumbuh
di kepalamu
Suatu nanti bulubulunya meriap seperti
alapalap di sayap angin perubahan musim
Terus
begitu ringannya berbaring di tempat
tidurmu masadepan
Terus
kau pun akan merasakan pejaman mata
tak kau bayangkan nikmatnya nikahan rindu
sebelumnya
Terus
Kau pun akan merasakan diamdiam adanya
kehadiran mimpi yang bangkit dari kuburnya
berabadabad sewaktu samasama penghianat
cinta
Terus
pelanpelan kau ditarik ke beranda rumah
mewedang serbuk matahari sepiala
harapcemas tiap pause menyapa dengan rasa
iba atau belaskasih tetapi
Terus
matamu meneteskan bocahbocah sedang dolanan
acuhtakacuh di hatimu
Terus
tibatiba kau sangat pengen menuruni tangga
dituntun seseorang yang tak pernah kau kenal
lagi dari masasilam
Terus
tak diduga jatuh di sebuah sungai amat deras
Terus
kau saksikan tubuhmu hanyut dan tak berdaya
menyelamatkannya
Terus
terdampar di negeri bangunan batu karaha
beraroma perawan duabelasribu bidadari
bercadarhitam bermatajambon
Ah
Terus
bersayap tipis wirasa menyapu awan
daminatila
Ah
Terus
sudahlah jangan kau panggil lagi namamu
jangan kau harap lagi jawaban tak pasti
mungkin aku telah mati
Astagfirullah

Banjarbaru, 2000

edisi 6

Etam Sayang Gunung

Rangka Kenyah
Rangka Kenyah dangsanak etam
Dangsanak puakapuaka di riamriam
Darahnya getah kayu talikan
Rangka Kenyah cucu Damang Ebbeh
Pemimpin legendaris pegunungan meratus
Mengajarkan pada etam
Bagaimana mencintai alam
Mengharamkan kotoran narkoba
Mengharamkan budaya ngerpe
Dan segala tipu muslihat
Mengingatkan pada etam
Jangan terbuai dengan hasil teknologi
Karena etam hanya bisa membeli dan memakai
Tetapi tidak bisa menciptakannya sendiri
Mengajarkan pada etam
Jangan menyusahkan guruguru etam
Jangan bikin pusing masyarakat lingkungan

Rangka Kenyah
Rangka Kenyah putra Indonesia
telah tuantuan lupakan
Tanahladang Rangka Kenyah
Tuan gusur tanpa belas kasihan
Kemudian tuan buat pemukiman trans
Tanpa beretika sama sekali

Lihatlah tuantuan
Seribu Rangka Kenyah tercampak
Di lembahlembah pengasingan
Duhai berbulu landakkah hati tuan
Rangka Kenyah
Rangka Kenyah putra Indonesia
Tuan tuduh huma berpindah
Sumber malapetaka
padahal hutanhutan beratus tahun
Dibabat habis untuk kekayaan tuantuan
Sehingga seribu Rangka Kenyah terusir
Di padangpadang perburuan
Duhai sarang kabibitakkah jantung tuan
Tuantuan
Lihatlah tuantuan
Rangka Kenyah
Seribu Rangka Kenyah menatap langit
Nyanyian seribu gelisah
Di kakikaki pegunungan meratus
Nyanyian seribu duka
Di puncakpuncak pegunungan meratus

Etam cinta tanahbanyu turuntemurun
Nyalakan damar di uluulu
Bumi menangis diamlah sungai mengalir
Etam batandik di duri rukam
Ambilkan sumpit buluh kuning di gunung ampar
Suruh ikat talimbaran di batu pancur

Apabila pecah bulanai
Jangan dipagat akar kariwaya
Maka pagari ruh dengan tulang etam
Maka pagari ruh dengan darah etam
Tajaki tunggul puaka di riamriam

Dangsanak
Pegunungan meratus inilah
Tumpahdarah etam yang tersisa
Dari titis nenekmoyang
Maka janganlah dangsanak bikin
Eksploitasi kawasan hutan lindung
Karena dangsanak menciptakan wabah anak sima
yang berlidah halimatak
yang melatiklatik di daundaun kehidupan etam
Dan janganlah dangsanak bikin
Pertambangan batubara di tanahbanyu etam
Karena dangsanak menciptakan wabah bumburaya
Yang bertaring babi hutan
Yang mengaduk ladang kehidupan etam
Yang membongkar kubur kehidupan etam
Maka dengarkanlah suara hatinurani etam
Demi Indonesia tercinta


Banjarbaru, 2000
***
Rangka Kenyah : Kepala Suku/Damang
etam : kita/kami
dangsanak : saudara (sapaan)
puaka : demit penunggu hutan
talihan : sejenis ulin
kabibitak : sejenis laba - laba beracun
ulu : daerah atas, daerah hulu
batandik : menari - nari memanggil dewa
talimbaran : tali dari kulit kayu
bulanai : gentong, tajau (tempayan)
dipagat : diputus
kariwaya : sejenis beringin
tajaki : tancapi
riam : sungai menyerupai air terjun
anak sima : hantu bentuknya seperti tuyul
pemakan jantung manusia
malatik : berjalan dengan badan
halimatak : lintah pengisap darah,bentuknya
agak kecil dari pada lintah di air
hidupnyadi hutan lebat
bumburaya : raksasa pemakan mayat