Senin, 14 April 2008

edisi 24

Zikir Madihin

Ilahi ...
Lah bumi ... lah bumi titian
Bumi ... titian
Tujuh lapis bumi untuk titian
Tujuh lapis langit untuk pegangan
Lam jalalah jalan aku tuliskan
Merasa ringkih s’luruh ragabadan

Kujemputi tasbih yang taburahai
Basmalah tali ikat perangkai
Supaya jalannya janganlah rundakrakai
Meniti fitrah mudahan niat sampai

Sesungguhnya aku gentar bermuraqabah di hadapanmu
Aku manusia yang tak bermuka tiada bersyukur atas
segala nikmatmu dan mendustakan s’luruh jalan yang
engkau hamparkan di mataku
Malam ini aku membuang maluku
Membuang sipusipuku
Disujudku gemetar mudraku
Girisan menadah ke arasymu
Parau menyeru asmamu dalam isakku
Pedih mataku dalam cahaya matamu

Ya Rabbi jangan engkau padamkan lampu basirah
di tanganmu
nyalakan ma’rifatullah dalam bathinku
Ilahi ...
Lah lemah ... lah lemah lunglai
Lemah ... lunglai
Lemah lunglai jiwaragaku dalam nyala agungmu
tadzallulku tiada terkira mengotori
Riyaddhus Shalihin junjunganku
Aku sujud mencium Rabbmu
Basuhkan syahadatku dengan ayatayat firmanmu
Bilaskan dengan airmata telaga Malakutmu
Aku manusia yang sesat dalam kasihsayangmu

Ilahi ...
Lah bunga ... lah bunga tanjung
Salaga ... belah
Bunga tanjung salaga belah
Lah kunang ... lah kunang
Kunangkunang di rumpun serai
Ampunkan dosaku banyak bersalah
Sebelum aku mati kita jangan bercerai

Amuntai, 2005

***
fitrah : kesucian
muraqabah : mendekatkan diri pada tuhan
tadzallul : menghinakan diri di hadapan
Allah
Riyaddhus Shalihin : kitab hadis nabi
Rabb : Allah mengatur alam semesta
malakut : kerajaan Allah
taburahai : terburai


Blues Pelagu Sunyi

Tutstuts itu ditumbuhi cannabis sativa
Bulan jadi mabuk dan Guido Aretinius
pada bangkit di puncak octavo
mengubah liriklirik dari tubuhmu
yang kehilangan si pembasuh dosa
Entah ke mana awangemawan di atas katedral
berarak mengalirkan ruhruh notasi
mengalirkan jiwa yang berabadabad
mencari kekasih dari masasilam
Aku bangkit dari rahim gregorians
O Santo Antonio
Meskikah aku menjerit
Kau telah menjerit dalam genggaman kressendo
Meskikah aku meratap
Kau telah meratap dalam pelukan lamentoso
Meskikah aku bergelak O Santo Antonio
Ternyata kau mabuk dalam mulut furiroso
Ruhruh itu tersesat dalam jiwa yang sunyi
Dan menguburku jauh dalam diri

Banjarbaru, 2004

Tidak ada komentar: