Senin, 14 April 2008

edisi 13

Darah

Adalah langit darah berdarah
Tak habishabis jadi laut berabadabad telah
tak berpaus di atasnya rajah perahu Nuhmu
tak singgahsinggah pada dermaga darahku
Hu Allah darahku hanyut dalam darahmu
kutubku tenggelam dalam kutubmu
menghempas napas darahku membatubara
di kunci rahasia Alifmu Alif Alif
darah Adamku yang terdampar di bumi
yang rapuh berabadabad mencari darah hawaku
yang rapuh tersesat di belantaramu meraung
darah laparku mencakarcakar mencari darahku
beri aku barang setetes Hu Allah
getar alir napas menyeru darahmu
mengalir darah mataku mengalir darah musafir
di sajadahmu
mengalir menuju rumahmu

darah hidupku Hu Allah
darah matiku Hu Allah
darah hidupmatiku Hu Allah
darah raungku Hu Allah
darah cakarku Hu Allah
darah laparku Hu Allah
darah hausku Hu Allah
darah ngiluku Hu Allah
darah rinduku Hu Allah

manakala darah tak keringkering
mendustakan firmanmu dan tak hentihenti
berpaling pada jalanmu
malam tak lagi malam siang tak lagi siang
bulan bintang matahari kehilangan terang
apatah lagi yang mampu meneteskan

darah kehidupan Hu Allah
semesta bergoncang Hu Allah
arasy pun bergoncang Hu Allah
darahku aujubillah
darahku astagfirullah
darahku subhanallah
Allah

Banjarbaru, 2004


Orang Asing

Menyaksikan percintaan seekor baboon
di Suchumi, Kaukasus, orangorang berjubel
tibatiba di antaranya ada yang berseru padaku :
Itu Pierre Brassau si pelukis simpanse
aku telah melihatnya dengan jelas di Goeteborg
tak salah lagi, dia orangnya
Aku malu pada diriku sendiri lalu diamdiam pergi
Dan ketika di tengah riuh tepuktangan Hongaria,
aku membaur di antara kaum zanggi
yang asyik dengan orkestranya
orangorang berjubel
tibatiba di antaranya ada yang berseru padaku :
Itu Pal Ract kelahiran Nograd
Orangorang kagum memandangku
Dengan rasa kecut kutinggalkan warung kopi itu bergegas
Dan ketika di tengah lapangan, dengan rasa ngilu
menyaksikan Adolf Hitler membantai serdadunya sendiri
yang mengunyah musik karena lapar
dan Khomaini seorang sekte itu geram :
Musik tak ubahnya candu, kemudian
mengganyang semua rekaman di Iran
sedang Plato rupanya sejalan pikirannya

Di suatu negeri
orangorang mengerumuni aku
seseorang berkata : Aku tak mengenalnya
dia tak bernapas sedenyut pun
seseorang berkata : Dia hanyut dalam mimpimimpinya
lihat matanya berkacakaca
seseorang berkata : Dia gairah menjilati anganangannya
lihat mulutnya tersenyum
seseorang berkata : Dia sedang berduka
lihat jidatnya penuh luka
seseorang berkata : Dia mabuk rindu
lihat wajahnya ranum
seseorang berkata : Sungguh malang dia korban dekadensi
seseorang berkata : Hai sepertinya dia kaum metafisis
di antara orangorang berkerumun : Apakah dia seorang
penghuni puing benteng Vredeburg tubuhnya terbujur
kaku
menyedihkan sekali
di antara orangorang berkerumun : Dia mati
lalu menyanyikan sebuah requiem
bagai ruh asap
menyelimuti negeriku
yang terkubur jauh dalam diriku

Banjarbaru,2004

Tidak ada komentar: